Isnin, 12 April 2010

PSIKOLOGI ABNORMAL


APAKAH PERILAKU ABNORMAL ITU?

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain:
1. Statistical infrequency
• Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur dan di agihkan ke dalam suatu situasi normal atau situasi dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bahagian tengah situasi, sebaliknya keabnormalan ditunjukkan pada agihan di kedua hujung situasi.
• Digunakan dalam bidang perubatan dan psikologi. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, IQ, ketrampilan membaca, dsb.
• Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi genius.
• Tidak selamanya yang jarang berlaku adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dimasukkan informasi lain sehingga dapat menentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.

2. Unexpectedness
• Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan gugup dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhuatiri kewangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya pada saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.

3. Violation of norms
• Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial bagaimana dan di mana perilaku tersebut terjadi.
• Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, ini adalah normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku ini menunjukkan keabnormalan.
• Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada ketika itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal di Amerika.
• Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklasifikasikan relative definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormaliti. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.

4. Personal distress
• Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
• Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya seseorang yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
• Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit kerana dicucuk dengan jarum.
• Kriteria ini bersifat subjektif kerana susah untuk menentukan peringkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

5. Disability
• Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan kerana abnormalan yang dideritanya. Sebagai contoh para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
• Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), dan tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sukar untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membezakan abnormal dengan perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahawa abnormaliti adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan